Mencoba Tinggalkan Bayangmu
Oleh: Fatkuryati
Malam itu adalah malam pergantian tahun, atau yang lebih
dikenal dengan istilah tahun baru,, euforia cantiknya kembang api mulai terasa
di menit-menit pergantian tahun. Tidak banyak yang aku bisa lakukan di malam
itu. Seperti putri di negri dongeng yang terkurung dalam khayalan-khayalan
indah. Untuk ikut bernostalgia di malam tahun baru bersama teman-teman semasa
SMA pun aku tak dapat izin dari sang bunda. Untuk hal seperti ini mamah selalu
punya dua alasan. Alasan pertama, aku masih selalu di anggap anak kecil.
“nah lhoooo,,, aku kan udah umur 20 tahun mah, semester
5 lhoo aku, sekitar dua tahun lagi insyaallah aku lulus kuliah, gumamku dalam
hati”.
Alasan kedua, suasana malam di kota sangat tidak baik,
pergaulan di sana bahkan tidak pernah mengenal aturan.
“Hmmp,, ya ampuunn ini kan masih kota Serang mah bukan
Jakarta,, toh aku juga bukan keluyuran sendiri yang gg jelas, tapi sama
temen-temen yang sebagian besar udah mamah kenal dengan sangat baik, jawabku
pelan”.
“iyah mamah tahu, tapi mamah yakin kamu paham betul
makna dari alasan-alasan mamah, jawab mamah dengan bijak”.
Aku tidak bisa mendesak mamah untuk memberikan izin, aku
takut mamah akan sedih bila ada bantahan di tengah perhatiannya, aku tahu semua
kekhawatirannya semata-mata karena ingin melindungi dan menjagaku.
Sepeninggalnya ayah beberapa tahun silam, mamah memang berubah jadi over
protektif, untuk sebuah keselamatan anak-anaknya beliau lebih rela di hujat
banyak orang daripada akan ada apa-apa nanti. Di rumah memang tak ada lelaki
dewasa yang bisa benar-benar melindungiku, kedua kakak priaku telah menikah dan
tinggal bersama keluarga kecilnya masing-masing, di rumah hanya ada aku, mamah
dan kakak wanitaku dengan perbedaan usia 3 tahun. Jadi wajar saja bila mamah
merasa memiliki tanggungjawab yang sangat lebih. jika terjadi apa-apa dengan
putrinya, ia akan merasa sangat berdosa. Oleh karenanya, sebelum hal itu
terjadi, beliau lebih memilih untuk menjagaku dengan caranya.
Di tengan perbincangan itu,, mamah memetikkan ibu jari
dan jari tengahnya, pertanda memberikan ide.
“hmmmp,, untuk menghabiskan malam tahun baru, gimana
kalo kamu ikut acara mamah” usul mamah.
“Acara apa mah?" tanyaku.
“kamu ikut mamah pengajian di pendopo kantor Bupati,
Serang.. gimana??” tanya mamah.
Dengan spontan aku mengangkat sebelah alisku, “hmmp, ya
udah deh aku mau, daripada di rumah, pastinya nanti aku akan benar-benar jadi
gadis di negri dongeng yang merindukan dunia luar,” jawabku dengan ekspresi
seadanya.
“Nahh gitu dooong, ini baru namanya anak mamah,” ucap
mamah sambil mencium keningku.
Dalam perjalanan menuju kantor bupati, mataku terasa
disuguhkan dengan pemandangan indah tahun baru. Banyak sekali penjual dadakan
yang mencoba peruntungannya di malam ini,, dengan mencoba berjualan pernak-pernik
dan makanan khas tahun baru. Para penjual terompet, petasan, kembang api, dan
balon berjejer menawarkan barang dagangannya. Bahkan karena maraknya penjual,
para konsumen terlihat dibuat bingung untuk membelinya. Asap jagung bakar pun
seolah menggoda para penikmat tahun baru untuk sekedar mencicipinya. Dan yang
tak kalah menarik,, ada pasar malam di Alun-alun kota Serang, terlihat sesak,
orang-orang mencoba menghibur dirinya dengan sekedar berbelanja, menikmati
wahana permainan atau makan bersama dengan sang kekasih hati. “Oohh tidak,
sepertinya malam ini memang tak ada pangeran menjemputkuku, huufftt jadi merasa
sedikit cemburu dengan mereka, ucapku lirih sambil memonyongkan bibir”.
“tapi aku tetap bersyukur masih diberi kesempatan untuk
bisa melihat pemandangan seelok ini,, semoga nikmat sehat-Mu yang tak terkira
banyaknya ini, selalu menjadikanku untuk tetap bersyukur, ucapku dalam hati
dengan mimik takjub”.
Dan ternyata di pendopo kantor bupati pun tak kalah
sesak,, para jamaah berlomba-lomba untuk menempati posisi terdepan, katanya
akan ada penyanyi lokal Banten yang pernah melanglang buana di stasiun TV
swasta, presenter yang cukup terkenal di acara dakwah, juga ustadz yang cukup
membumi di Banten dan hiburan lainnya yang tak kalah menarik.
Anehnya,, di tengah acara ini berlangsung,, tiba-tiba
aku teringat sebagian kenangan masa laluku.. Aku seperti orang dengan raga yang
tertinggal di pendopo, sementara pikiran dan nyawaku berkunjung menjelajah
kembali ke masa lalu.
Dia,, pria itu... pria yang baru 2 tahun lalu ku kenal.
Tampan, baik dan dewasa,, Ia adalah mantan kekasihku. 100 hari bersama,,
ternyata cukup untuk membuatnya berkarat dalam ingatanku . Aku tak pernah tahu,
kenapa hingga kini ia masih cukup berarti untuk hidupku. Kami sama-sama
mengakui bahwa kami masih saling merindukan satu sama lain. Ketemu, jalan dan
makan bareng adalah hal yang biasa kami lakukan untuk sekedar mengobati rindu
itu.
Kadang ia masih suka mengirimiku pesan singkat yang
manis,, hingga aku merasa aku adalah wanita terbahagia di dunia. Ini adalah
salah satu pesan singkatnya.
“tak apa, kalau kamu masih malu untuk bilang sayang
kembali, tapi yang penting hatimu masih tersimpan indah dalam hatiku”
Heiii pria yang menjadi mantan kekasihku,, tahukah
kamu,, aku malah seperti wanita gila ketika membaca pesan singkatmu itu,
loncat-loncat bahagia layaknya anak kecil yang mendapatkan hadiah balon, dan
senyum-senyum sendiri seperti penghuni RSJ yang melarikan diri. Dan tahukah
kamu,, Itu adalah pertanda bahagianya aku ketika ku tahu kau masih memiliki
rasa yang sama.
Jujur,,, hingga kini aku masih menyayangimu, aku tak
pernah mampu untuk menggantikan namamu dengan nama yang lain. Bahkan aku lebih
memilih untuk menolak cinta 5 pria lain, daripada menghapus namamu. Aku tahu 5
pria itu kecewa karenaku, tapi aku tak dapat membohongi perasaanku bahwa kamu
masih cukup berarti untuk hidupku.
Jika kamu izinkan,, rasanya aku ingin kembali menjadi
satu-satunya wanitamu.. malam ini aku bukan seperti jamaah yang khusu mendengarkan
tausiyah di tempat pengajian.. tapi aku seperti menjadi tokoh utama di sinetron
Lorong Waktu, acara ramadhan semasa aku SMP. Di lorong waktu ini aku seolah
dikirimkanku ke cerita cinta masa lalu.. Ya benar kamu memang masa laluku,,
tapi aku ingin kamu menjadi teman masa depanku,, bersama dalam sisa hidupku
sampai Tuhan akan memanggil kita nanti.
Aku cukup bahagia dengan semua itu,, tapi entah aku
merasa kini kamu berbeda.. kamu tak lagi bersikap semanis beberapa waktu yang
lalu.. Tak ada lagi kata rayuan,, tak ada lagi kalimat gombalan dan tak ada
lagi ucapan manis bahwa kamu masih menyayangiku sebagai mantan kekasihmu.
Pikiranku terbang hingga ke awang mencoba menerka apa yang sedang terjadi
denganmu,, banyak terkaan yang bisa menggalaui hatiku malam itu.. Dari mulai,
sepertinya kamu sedang menyukai wanita lain,, mencoba menjadikanku hanya cinta
masa lalu,, kamu tidak lagi menyayangiku,, dan yang paling bisa buatku sedikit
tenang adalah semoga kamu memang hanya sedang sibuk menyelesaikan tugas akhirmu
(skripsi), bukan karena kau terjebak cinta dengan wanita lain.
Entahlah,, euforia tahun baru itu tak lantas mebuat
hatiku riang.. Ada kegalauan yang buatku merasa tak nyaman,, di tengah ramainya
pendopo Serang,, aku malah berpikir untuk mengirimimu puisi ungkapan hati via
sms,, Ini adalah puisi yang ku kirimkan di tengah kegalauan yang menghimpit
hatiku,, sebenarnya dengan puisi ini aku mengharapkan kamu membalasnya dengan
kata yang sama indahnya dan tentunya bisa buat hatiku tak segalau ini.
Aku tak pernah tahu
Aku tak pernah tahu,,
Kenapa hingga kini kau masih cukup berarti untuk hidupku
Ada rasa yang berbeda ketika ku mengingatmu
Tak sama dengan ketika ku mengingat yang lain
Aku bahkan tak pernah tahu,,
kenapa Tuhan s’lalu hadirkan bayangmu di pikiranku
Aku tak pernah sekalipun berusaha tuk mengingatmu,,
Tapi sepertinya Tuhan tahu bahwa kau masih dihatiku
Rasa ini tak ubahnya rembulan yang selalu nampak
bersinar,,
Indah,, dan mempesona..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar